Kuliah Bersama
Siomay
Oleh : Ropiyant,
M.Pd
E-mail: ropiyantoropi@gmail.com
Kamis, 26
Maret 2020, sekira pukul 10 siang saya mendapati akan ada bimbingan menulis
bagi guru. Pesan tersebaut melalui social media WA seorang penulis
blogger guru terkenal yaitu Bapak Wiajaya Kusumah. Menulis manjadi hal yang sangat menarik dan
menantang bagi saya. Meskipun manarik tidak semua orang mampu melakukannya
termasuk saya yang harus terus belajar. Tepat pukul 19.00, ada kiriman foto
sepiring Siomay dari pak Blogger Wijaya Kusumah. Dari foto tersebut kami sejumlah
lebih kurang 257 orang dalam WhatsApp Grup Belajar Menulis di beri tugas untuk
membuat tiga alinea mengenai foto Siomay itu.
Proses
menulispun di mulai. Berbagai macam cerita atau tulisan mengenai foto siomay.
Berpacu dengan waktu juga terjadi, Semuanya "berebut" masuk dan
kira-kira hendak mengambil posisi paling depan
karena siapa paling cepat akan di baca kembali di WA grup.
Dari begitu banyaknya naskah yang masuk, kiranya
kesimpulan saya sebagai berikut:
- Menulis permulaan sungguh suatu
pengalaman yang melelahkan bagi peserta. Kami belum mengetahui apa dan
bagaimana memulai. Kami menulis sekenanya saja tanpa memperhatikan pedoman
umum ejaan Bahasa Indonesia. Banyak di antara kami sebagai peserta belum
memahami teknis menulis secara baik. Sekali lagi kami menulis sekenanya
saja, yang penting tertulis. Entah itu nyata dalam tiga paragraf atau
tidak sekalipun, intinya kami telah menulis dan mengirimkannya kepada
Admin.
- Semangat menulis pada kami
sebagai peserta cukup tinggi. Bahwa di sana ada pula yang meninggalkan
ruang belajar itu, namun pada saat yang sama masih ada yang masuk
bergabung ketika mendapatkan undangan melalui tautan. Mereka yang masuk
kemudian itu kemudian kebingugan darimana mulai menulis. Ketika pintu
dibuka kembali ternyata masih banyak yang mengirim tugas. Padahal sesi itu
sudah harus masuk dalam tanya-jawab/diskusi.
- Dari diskusi yang saya ikuti
sebagai salah satu peserta, ternyata kami harus terus mengasah diri dengan
membaca. Membaca merupakan modal bagi seorang penulis. Dengan membaca
seorang penulis mempunyai sejumlah perbendaharaan diksi. Diksi yang
dimiliki akan membantunya ketika menata satu paragraf atau sejumlah
paragraf menjadi satu tulisan.
- Pengetahuan tentang ejaan belum
sepenuhnya kami pahami. Sekali lagi, kami menulis sekenanya saja. Peserta
tertentu menulis tanpa memperhatikan kapan huruf besar, kapan tanda baca
ditempatkan, dan kapan satu paragraf baru. Semuanya ditulis jadi satu
gelombang tulisan belaka, lalu dikirimkan.
Saya mengirim satu pertanyaan kepada pak Wijaya Kusumah:
Bagaimana menjadikan ide-ide kita sebagi sebuah tulisan.
Ia memberi jawaban, "jadikan tulisan kita berbeda
dengan yang lain!"
Oleh karena harus berbeda, maka Siomay yang dimaksud
hari ini adalah beliau Si Om Jay. Nama
keren untuk pak Wijaya Kusumah. Terima kasih pak, semoga bapak ikhlas membagi
ilmu dan pengalaman bapak dalam menulis.
MAN 1 Kepahiang, Bengkulu.
joss
BalasHapusSemangat..
BalasHapus