MENDESAIN PEMEBLAJARAN JARAK JAUH
YANG EFEKTIF
Narasumber pada
materi ke lima yang dihadirkan oleh Om Jay adalah Bapak Indra Charismadji. Penyampaian
materi kali ini, Rabu, 1 April 2020 dilakukan dengan cara meeting converence
via aplikasi webex.
Pak Indra Charismadji, adalah pengamat dan praktisi pendidikan. Kali ini pembahasan mengenai Mendesai Pembelajaran Jarak Jauh Yang Efektif.
Konsep Dasar Pendidikan
Meeting converence diawali dengan pertanyaan seputar pengalaman
peserta melakukan pembelajaran jarak jauh saat pandemi corona dan dilanjutkan
dengan pertanyaan tentang 4 pilar pendidikan UNESCO. Diskusi mengalir antara
narasumber dan peserta.
Menurut Pak Indra, kebanyakan guru selalu sibuk dengan
materi/konten/"apa" yang harus diajarkan. Tapi, jika kembali melihat
4 pilar pendidikan UNESCO, maka yang paling penting adalah bisa tidak siswa
belajar untuk tahu (learning to know), melakukan (learning to do), menjadi
sesuatu (learning to be) dan hidup bersama (learning to live together). Jadi,
bukan apanya, bukan what to learn but how to learn. Ini konsep dasar
pendidikan.
Fokus pada "How", bukan pada "What"
What to learn bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Jika kita fokus pada apa yang harus diajarkan, saat zaman berubah, anak mungkin
tidak akan bisa mengikuti.
Dalam materinya, Pak Indra menyebutkan 65% siswa yang saat ini
duduk di bangku sekolah dasar, akan bekerja pada bidang yang hari ini BELUM
TERCIPTA (World Economic Forum 2018). Oleh karena itu, fokuslah pada how to
learn.
Peran Guru di Abad 21
Mengenai pilar learning to know, Pak Indra bertanya apakah
segala sesuatu yang kita ajarkan pada siswa ada di internet? Jika ya, maka pertanyaan
selanjutnya adalah mengapa guru masih harus ada di kelas? Padahal banyak
profesi yang bahkan guru pun (mungkin) tidak tahu bagaimana caranya menjadi
seperti itu (misalnya youtuber, selebgram, dll).
Kolaborasi antara guru dengan murid tidak akan pernah
tergantikan. Fungsi guru tidak berubah. Seorang guru harus bisa berperan
sebagai teladan, motivator, sekaligus fasilitator (memfasilitasi kemana siswa
harus mencari). Atau dalam istilah leluhur kita, Ki Hadjar Dewantara adalah ing
ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani (di depan
memberi contoh, di tengah memberi semangat dan di belakang memberikan daya
kekuatan).
Arahkan pada Portofolio
"Anak zaman sekarang jangan disuapin. Kita bisa ngedorong
mereka untuk mencari sendiri." Itulah yang ditekankan oleh Pak Indra.
Kita bisa mendorong siswa untuk membuat portofolio zaman
sekarang seperti vlog, blog, film, dan aplikasi. Buat mereka sekreatif mungkin.
3I Framework
Menurut pemateri, ada 3 hal kunci penting sebagai framework
dalam dunia pendidikan, yaitu :
1. Infrastruktur. Ini berkaitan dengan apa yang akan
kita gunakan dalam pembelajaran? Apakah akan terus menerus streaming video?
Terus menerus ceramah? Maksimalkan pembelajaran online dan offline (seimbang
lebih baik).
2. Infostruktur. Setiap sekolah sebaiknya bisa punya
domain sekolah untuk web atau untuk pembelajaran daring. Pusat data yang
terpadu. Informasi yang menyatu sekaligus aman.
3. Infokultur. Kultur era digital harus dibangun dan
dibiasakan di lingkungan sekolah.
Ketiganya harus ada jika ingin pendidikan di abad 21 menjadi
optimal. Konsep 3I Framework ini jadi perbincangan hangat dalam diskusi.
Sebagaimana kita ketahui, Indonesia adalah negara kepulauan dengan masyarakat
yang beragam dan rata rata-rata kondisi perekonomiannya belum stabil. Kondisi
geografis dan status ekonomi ini menjadi salah satu kendala dalam infrastuktur
pendidikan digital.
Ke depan, semoga dua masalah ini bisa teratasi. Jaringan yang
merata dan kesejahteraan ekonomi masyarakat Indonesia. Sehingga kita bisa lebih
siap untuk melakukan pembelajaran di era revolusi industri 4.0.
Ropiyanto, M.Pd
MAN 1 Kepahiang, Bengkulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar